Materi Akuntansi Lengkap

Selamat datang di www.akuntanmaniak.blogspot.com saat ini site masih dalam tahap perbaikan..

Download Materi Akuntansi

Selamat datang di www.akuntanmaniak.blogspot.com saat ini site masih dalam tahap perbaikan..

The Journal of Economic and Accounting

Selamat datang di www.akuntanmaniak.blogspot.com saat ini site masih dalam tahap perbaikan..

Economic Hideline News

Selamat datang di www.akuntanmaniak.blogspot.com saat ini site masih dalam tahap perbaikan..

Kritik dan Saran yang Membangun akan Bermanfaat untuk kemajuan Site ini

Selamat datang di www.akuntanmaniak.blogspot.com saat ini site masih dalam tahap perbaikan..

Blogger news

Senin, 31 Januari 2011

PENYUSUTAN, PENURUNAN DAN DEPLESI

Aktiva tetap merupakan salah satu sarana pendukung kegiatan operasional
perusahaan. Namun seiring dengan pemakaiannya, suatu aktiva akan mengalami
penyusutan. Penyusutan aktiva tetap akan menimbulkan biaya penyusutan yang
dibebankan ke dalam laporan laba rugi setiap periode akuntansi.


Pengenalan terhadap aktiva pabrik


Aktiva pabrik adalah aktiva yang ditahan lebih dari satu tahun dan digunakan dalam operasi-operasi perusahaan. Tanah, bangunan, peralatan, perabotan, dan mesin adalah contoh aktiva-aktiva pabrik. Ketika suatu aktiva pabrik diperoleh pada awalnya, seluruh biaya yang terjadi untuk perolehan dan instalasi didebitkan pada perkiraan aktiva pabrik. Pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan tanah dapat didebitkan baik pada Tanah, Perbaikan Tanah, atau Bangunan, tergantung dari seberapa permanen mereka dan berapa lama mereka diharapkan untuk bertahan.


depresiasi

Seluruh aktiva pabrik, kecuali tanah, mengalami depresiasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi depresiasi adalah fisik dan fungsional. Depresiasi fisik muncul dari penggunaan aktiva pabrik yang sebenarnya. Depresiasi fungsional berhubungan dengan faktor-faktor keusangan seperti kemajuan teknologi dan kebutuhan yang kurang akan suatu produk. Tujuan mencatat depresiasi adalah untuk menunjukkan penurunan kegunaan dari suatu aktiva, bukan penurunan dari nilai pasarnya. Depresiasi hanya mengurangi nilai perkiraan aktiva pabrik, dia tidak mengurangi perkiraan kas atau mempengaruhi aliran kas.


menentukan depresiasi

Faktor-faktor yang menentukan beban depresiasi adalah biaya awal, nilai sisa dan usia kegunaan. Depresiasi hanya dapat diperkirakan karena dia tergantung dari beberapa perubahan unsur-unsur yang potensial. Nilai sisa adalah nilai apapun yang tetap ada setelah aktiva dihentikan. Perhitungan depresiasi berdasarkan biaya awal dikurangi nilai sisa. Beberapa metode digunakan untuk menghitung depresiasi. Metode garis lurus adalah yang paling terkenal. Metode-metode depresiasi yang berbeda dapat digunakan untuk informasi laporan keuangan dan keperluan pajak.


metode garis lurus

Metode garis lurus untuk depresiasi membebankan jumlah yang sama dari depresiasi untuk setiap periode selama usia kegunaan aktiva tersebut. Dia ditentukan dengan cara mengurangkan nilai sisa dari biaya awal dan membaginya dengan jumlah tahun dari perkiraan usia. Oleh karena kemudahannya, maka dia merupakan metode yang paling banyak digunakan.


metode unit produksi

Metode unit produksi menentukan beban depresiasi berdasarkan jumlah aktiva yang digunakan. Panjangnya usia dari suatu aktiva ditunjukkan dalam bentuk kapasitas produksi. Biaya mula-mula dikurangi nilai sisa apapun dibagi dengan kapasitas produksi untuk menentukan tingkat depresiasi unit produksi pemakaian per unit. Sebagai contoh, pemakaian unit-unit dapat diperlihatkan dalam kuantitas barang-barang yang diproduksi, jumlah jam yang digunakan, sejumlah pemotongan, jumlah mil yang dikendarai atau muatan ton. Beban depresiasi dalam suatu periode ditentukan dengan cara mengalikan pemakaian tingkat tetap unit produksi. Metode depresiasi ini umumnya digunakan ketika pemakaian aktiva berubah-ubah dari tahun ke tahun.


metode saldo menurun

Metode saldo menurun (dikenal juga sebagai saldo menurun ganda) merupakan bentuk yang popular untuk mempercepat depresiasi. Tingkat yang digunakan biasanya dua kali dari tingkat yang digunakan oleh metode garis lurus. Metode ini tidak memperhitungkan perkiraan nilai sisa dalam menentukan tingkat depresiasi atau menghitung depresiasi secara periodik. Meskipun demikian, suatu aktiva tidak dapat didepresiasikan melebihi perkiraan nilai sisa. Beban depresiasi adalah lebih tinggi di tahun pertama, dan menjadi lebih kecil di tahun berikutnya.


metode jumlah angka tahun

Metode jumlah angka tahun merupakan bentuk lain untuk mempercepat depresiasi. Depresiasi tahunan dihitung dengan cara mengurangi nilai sisa dari biaya sebenarnya, dan mengalikan jumlah ini dengan angka pecahan dari depresiasi. Penyebut pecahan adalah jumlah angka tahun dari usia kegunaan; untuk usia 5 tahun, penyebutnya = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 =15. Pembilangnya adalah tahun dengan urutan mundur. Untuk tahun pertama, pembilangnya adalah 5 dan pecahannya adalah 5/15.


membandingkan metode-metode depresiasi

Metode-metode depresiasi yang berbeda memberikan hasil yang berbeda juga, dan dalam beberapa keadaan kegunaan dari metode depresiasi tertentu disarankan. Ketika penggunaan aktiva berfluktuasi dari waktu ke waktu, metode unit produksi dianjurkan. Untuk aktiva yang kegunaannya menurun lebih awal, dan mereka ditujukan terhadap biaya pemeliharaan yang tinggi sehubungan dengan bertambahnya usia mereka, maka bentuk dari depresiasi yang dipercepat harus digunakan, misalnya metode saldo menurun dan jumlah angka tahun.


depresiasi dan pendapatan pajak

Untuk kepentingan pajak, metode depresiasi garis lurus, saldo menurun, jumlah angka tahun, dan unit produksi diperkenankan sebelum tahun 1981. Antara tahun 1980 dan 1987, baik metode garis lurus maupun Sistem Pemulihan Biaya Dipercepat / Accelerated Cost Recovery System (ACRS) dapat digunakan. Undang-undang Perbaikan Pajak / The Tax Reform Act tahun 1996 merevisi ACRS dengan menyediakan daftar nilai depresiasi untuk delapan kelas aktiva pabrik. Penggunaan metode depresiasi dipercepat mengurangi kewajiban pajak dan meningkatkan aliran kas.


meninjau kembali perhitungan depresiasi

Oleh karena depresiasi merupakan perkiraan, maka dia perlu sering direvisi secara periodik selama kehidupan aktiva. Kesalahan dalam memperkirakan nilai sisa, tahun-tahun umur kegunaan, ataupun keduanya memerlukan suatu revisi. Revisi dari depresiasi hanya mempengaruhi beban depresiasi di masa yang akan datang.


membukukan beban depresiasi

Ketika depresiasi dibukukan, perkiraaan Beban Depresiasi didebitkan, dan Akumulasi Depresiasi dikreditkan. Akumulasi Depresiasi merupakam perkiraan lawan/pengganti aktiva yang menurunkan nilai aktiva pabrik. Penggunaan perkiraan lawan/pengganti membolehkan aktiva untuk diperlihatkan pada biaya, dan dengan demikian memberikan perhitungan yang lebih mudah jika suatu revisi diperlukan atau metode depresiasi yang berbeda digunakan. Pada saat suatu aktiva terjual, maka seluruh perkiraan yang berhubungan dengan depresiasi aktiva tersebut disesuaikan.


Belanja modal dan pendapatan

Pembelanjaan atas aktiva pabrik terdiri atas dua kategori:

1)- belanja modal: pembelanjaaan ini meningkatkan kapastitas produktif, efisiensi atau usia kegunaan dari aktiva, dan 2)- belanja pendapatan: pembelanjaan ini termasuk mempertahankan dan memperbaiki aktiva. Jika belanja meningkatkan efisiensi atau kapasitas suatu aktiva pabrik, maka perkiraan Aktiva Pabrik didebitkan. Jika belanja meningkatkan umur kegunaan dari suatu aktiva pabrik, maka perkiraan Akumulasi Depresiasi didebitkan. Belanja pendapatan dibebankan di tahun yang bersangkutan.


pelepasan aktiva pabrik

Aktiva pabrik dapat dilepas dengan cara menbuang, menjual, atau menukarkannya dengan aktiva lain. Tanpa memperhatikan bagaimana aktiva pabrik dilepaskan, nilai buku aktiva menjadi samasekali tidak berguna, dia diambil dari semua catatan perusahaan dengan cara mendebit perkiraan Akumulasi Depresiasi dan mengkredit perkiraan Peralatan. Ketika suatu aktiva dibuang sebelum usia kegunaanya dinilai, maka kerugian harus didebitkan pada perkiraan Kerugian atas Pelepasan Aktiva Pabrik.


pelepasan aktiva pabrik

Ketika suatu aktiva pabrik terjual, perkiraan Kas dan Akumulasi Depresiasi selalu didebitkan, dan perkiraan Peralatan dikreditkan. Pada saat terdapat kerugian atau keuntungan dari penjualan, maka baik perkiraan Kerugian atas Pelepasan Aktiva Pabrik ataupun Keuntungan atas Pelepasan Aktiva Pabrik akan memiliki suatu catatan akuntansi. Ketika aktiva pabrik yang lama ditukarkan dengan aktiva pabrik yang baru, maka biasanya disetujui bahwa keuntungan apapun dari suatu pertukaran tidak perlu diakui. Jumlah yang dimiliki setelah kredit untuk tukar tambah diketahui sebagai boot (sejumlah uang yang diserahkan besama aktiva terpakai untuk memperoleh aktiva baru), dimana dia juga memerlukan pembayaran tunai. Catatan transaksi akuntansi untuk keadaan ini adalah

ü Mendebit Depresiasi Akumulasi (peralatan lama)

ü Mendebit Aktiva Pabrik (peralatan baru)

ü Mengkredit Aktiva Pabrik (paralatan lama)

ü Mengkredit Kas.


buku besar tambahan untuk aktiva pabrik

Ketika perusahaan mempunyai sejumlah besar aktiva pabrik untuk tetap ditelusuri, maka kegunaan buku besar tambahan dianjurkan. Informasi yang terperinci dari masing-masing aktiva pabrik disimpan dalam buku besar tambahan. Seluruh aktiva pabrik dapat diidentifikasi secara khusus dengan angka yang diberikan. Bagian pertama dari angka berhubungan dengan perkiraan buku besar umum, sementara bagian kedua dari angka menunjukkan identifikasi yang diberikan terhadap aktiva. Secara periodik, adalah disarankan untuk membandingkan saldo-saldo dalam buku besar tambahan dengan perkiraan-perkiraan pengendalian dalam buku besar umum. Buku besar tambahan sangat berguna dalam menentukan beban depresiasi, memilah bentuk pajak dan asuransi, sama halnya seperti membukukan pelepasan aktiva pabrik.


metode penyusutan gabungan

Metode depresiasi penyusutan gabungan menentukan depresiasi dari sekelompok aktiva pabrik yang sama dengan menggunakan suatu nilai tunggal. Nilai ini ditentukan dengan cara membagi depresiasi tahunan dengan biaya total yang sebenarnya dari aktiva. Meskipun peralatan tertentu dalam kelompok mungkin ditanbahkan dan diberhentikan, metode ini mengasumsikan bahwa gabungan tersebut akan tetap didak berubah. Keuntungan dan kerugian dari pemberhentian atau pelepasan aktiva tidak diakui.


menyewakan aktiva pabrik

Suatu perusahaan dapat menyewa suatu properti untuk jangka waktu tertentu dibawah suatu kontrak yang dikenal sebagai sewa guna usaha. Orang yang menyewakan (lessor) adalah pemilik dari properti, dan penyewa (lessee) adalah pihak yang memiliki hak untuk menggunakan properti. Sewa guna usaha yang meliputi lebih dari sebagian besar umur aktiva, dan juga memindahkan kepemilikan kepada penyewa pada akhir sewa guna usaha, disebut dengan menyewakan modal. Aktiva yang berada dibawah modal harus ditunjukkan dalam neraca, dan oleh karenanya Aktiva Pabrik didebitkan dan perkiraan kewajiban modal dikreditkan.


aktiva tidak berwujud

Aktiva tidak berwujud tidak mempunyai keberadaan fisik. Mereka tidak dipegang untuk penjualan, dan biasanya mereka bernilai lebih tinggi bagi perusahaan. Mereka termasuk paten, hak cipta, merek dagang, goodwill, dan hak kelola. Kecuali untuk goodwill, sebagian besar aktiva tidak berwujud menerima perlindungan hukum untuk penggunaan ekslusif. Biaya perolehan perlindungan hukum untuk aktiva tidak berwujud harus didebitkan pada perkiraan aktiva tidak berwujud. Kerugian nilai periodik dari aktiva tidak berwujud disebut dengan amortiasi, dan dibebankan setiap tahun. Biaya penelitian dan pengembagan diperlakukan sebagai beban pada tahun yang bersangkutan, dan tidak dianggap sebagai aktiva tidak berwujud karena keberhasilan mereka di masa yang akan datang tidak pasti.


deplesi

Alokasi periodik atas penggunaan sumber daya alam disebut dengan deplesi. Lapisan mineral, batu bara, kayu, gas alam, dan minyak tanah merupakan subyek dari deplesi. Beban Deplesi didebitkan dan Akumulasi Deplesi dikreditkan untuk jumlah penggunaan selama periode yang bersangkutan. Penggunaannya didasarkan atas tahun berjalan produksi sebagai hitungan pecahan kapasitas total, dan penentuannya pada dasarnya sama dengan metode depresiasi unit produksi.


Penetapan dasar deplesi

j Biaya akuisisi deposit

k Biaya eksplorasi

l Biaya pengembangan

m Biaya restorasi


Biaya akuisisi

Adalah harga yang dibayarkan guna memperoleh hak properti untuk mencari dan menemukan sumber daya alam yang belum ditemukan atau harga yang harus dibayarkan untuk sumber daya yang telah ditemukan


Biaya eksplorasi

Diperlukan untuk menemukan sumber daya alam. Dalam banyak kasus, biaya ini dibebankan ketika terjadi. Apabila biaya ini berjumlah substansial dan risiko menemukan sumber daya tidak pasti, maka kapitalisasi dapat dilakukan.

Biaya pengembangan

Biaya pengembangan dibagi menjadi:


  1. peralatan berwujud

  2. biaya pengembangan tidak berwujd


Biaya restorasi

Biaya restorasi harus ditambahkan ke dasar deplesi untuk tujuan perhitungan biaya deplesi per unit. Kemudian, setiap nilai sisa yang diterima atas properti itu harus dikurangi dari dasar deplesi.


Masalah khusus dalam akuntansi deplesi

j Kesulitan mengestimasi cadangan yang dapat dipulihkan

k Masalah nilai penemuan

l Aspek pajak dan sumber daya alam

m Akuntansi untuk dividen likuidasi


image003

PENYAJIAN DAN ANALISIS

Penyajian Properti, Pabrik, Peralatan, dan Sumber Daya Alam

Dasar penilaian - biasanya biaya historis - untuk properti, pabrik, peralatan, dan sumber daya alam harus diungkapkan bersama dengan perjanjian, hak gadai, dan komitmen lainnya yang berhubungan dengan aktiva ini. Setiap kewajiban yang dijamin oleh properti, pabrik, dan peraltan, dan sumber daya alam tidak boleh dioffset terhadap aktiva ini, tetapi harus dilaporkan dalam kelompok kewajiban.

Apabila aktiva disusutkan, maka akun penilaian yang biasanya disebut akumulasi penyusutan dikredit. Penggunaan akun akumulasi penyusutan mengijinkan para pemakai laporan keuangan untuk melihat biaya awal aktiva dan jumlah penyusutan yang telah dibebankan sebagai beban pada tahun lalu.

Karena dampak yang signifikan dari metode penyusutan yang digunakan terhadap laporan keuangan, maka pengungkapan berikut harus dibuat:


  1. beban penyusutan untuk periode berjalan

  2. saldo kelas utama dari aktiva yang dapat disusutkan, menurut sifat dan fungsi

  3. akumulasi penyusutan, baik menurut kelas utama aktiva yang dapat disusutkan maupun dalam jumlah total

  4. suatu uraian umum tentang metode yang digunakan dalam menghitung penyusutan berkaitan dengan kelas utama aktiva yang dapat disusutkan


Analisis Properti, Pabrik, Peralatan, dan Sumber Daya Alam

Aktiva dapat dianalisis secara relatif dengan aktivitas dan profitabilitas. Seberapa efisien perusahaan menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan diukur dengan rasio perputaran aktiva. Rasio ini ditentukan dengan membagi penjualan bersih dengan rata-rata total aktiva selama periode berjalan. Jumlah yang dihasilkan adalah jumlah dollar penjualan yang diproduksi oleh setiap dolar yang diinvestasikan dalam aktiva.

Baca juga materi lainnya 

Akuisisi dan Disposisi Aktiva Tetap

Terdiri dari:
tanah
bangunan (kantor, pabrik, dan gedung)
 Karakteristik
Digunakan dalam operasi perusahaan bukan untuk diperdagangkan
Bersifat jangka panjang dan didepresiasikan (khusus tanah tidak didepresiasi)
Memiliki substansi fisik
Akuisisi Aktiva Tetap
Biasanya digunakan historical cost (diukur dengan kas atau yang ekivalen dengan kas) untuk mendapatkan aktiva tetap, menempatkannya, dan kondisi hingga siap digunakan.
Yang termasuk cost (secara umum): harga beli, biaya angkut, pajak penjualan, biaya penyiapan dan pemasangan.
Jika terjadi penambahan, penggantian, atau perbaikan yang menambah manfaat dimasa depan dimasukkan dalam penambahan cost aktiva tetap
Dicatat pada tanggal perolehan sebesar cost sebagai dasar perolehan
peralatan (mesin, perabotan, alat)
Harga Perolehan Tanah
Harga beli
Biaya notaris, biaya balik nama, komisi perantara
Biaya penyiapan tanah : perataan, pengukuran, pengeringan dan pembersihan
pajak atau pungutan lain
Pembongkaran gedung lama
Hasil bongkaran yang dapat dijual akan mengurangi harga perolehan tanah
Jika ada tambahan lain yang bersifat permanen seperti: pembuatan jalan, lampu jalan, saluran air dan sistem pembuangan -> juga termasuk cost
Harga Perolehan Gedung
Bahan baku (material)
Biaya Tenaga Kerja
biaya overhead
biaya tenaga profesional dan ijin bangunan
Harga Perolehan Peralatan 
Harga beli
biaya pengangkutan
Biaya perakitan dan pemasangan
biaya penyiapan (mis: pondasi)
asuransi selama perjalanan
biaya pengujian
 Aktiva yang dibangun sendiri 
Biaya Material
Biaya Tenaga Kerja
Biaya Tak Langsung (overhead) : sumber daya, pemanasan, listrik, asuransi, pajak kekayaan, tenaga supervisor, depresiasi dan peralatan

Materi diatas belum selesai..untuk mempermudah anda untuk belajar silahkan mendownload versi pptnya pada link bawah ini..


Akuisisi dan Disposisi Aktiva Tetap.ppt

baca juga materi lainnya

Selasa, 11 Januari 2011

Penilaian Persediaan: Pendekatan Kos (Inventory Valuation: Cost Method)

Definisi Persediaan:

Adalah meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu, dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam siklus operasi normal perusahaan. Aktiva lain yang dimiliki perusahaan, tetapi tidak untuk dijual atau dikonsumsi tidak termasuk dalam klasifikasi persediaan.
Penggolongan Persediaan
Perusahaan jasa                       tdk punya persediaan
Perusahaan dagang
Tujuan pokok akuntansi terhadap persediaan

1.  Penentuan jumlah persediaan yang akan disajikan di Neraca (Penilaian Persediaan)
2.  Penentuan laba-rugi periodik (income determination), yaitu melalui proses mempertemukan antara kos barang yang dijual dengan hasil penjualan
Masalah dalam penilaian persediaan:
1.Menentukan dan mengidentifikasi fisik (baik jenis maupun kuantitas)
2.Menentukan kos yang akan dipakai sebagai dasar penilaian terhadap persediaan
Ad.1. Masalah fisik
Pada akhir periode tahun buku, ada kemungkinan (a) perusahaan menguasai/memegang barang yang bukan miliknya dan (b) Memiliki barang yang tidak berada di perusahaan. Oleh karena itu perlu adanya ketelitian di dalam penentuan hak kepemilikan. Berkaitan dengan hal ini perlu diperhatikan item-item berikut ini:
Barang Konsinyasi (Consigned Goods)
Tidak semua barang yang berada di gudang/toko bisa diakui menjadi milik perusahaan, misalnya barang titipan dari pihak lain dengan tujuan akan dijual untuk dan atas nama pihak lain tersebut dengan mendapatkan sejumlah komisi (consignment in) tidak dapat diakui sebagai milik perusahaan. Sebaliknya utk barang yang sifatnya consigment out, yang s.d. tgl neraca belum terjual harus dicantumkan di Neraca.
Barang dalam perjalanan (Goods in transit)
Masalah kepemilikannya sangat tergantung dari perjanjian yang disepakati oleh penjual dan pembeli. 2 syarat tersebut adalah (1) Fob Shipping Point dan (2) Fob Destination.
Ad. 1. Fob Shipping Point
Berdasarkan perjanjian ini, apbl ada barang yang masih dalam perjalanan diakui menjadi milik pembeli. Sehingga harus tampak di Neraca
Ad. 2. Fob Destination
Berdasarkan perjanjian ini, barang yang dibeli secara sah menjadi milik pembeli saat barang tsb sampai di gudang pembeli. Barang dalam perjalanan tidak boleh diakui sebagai hak milik.
Sistem pencatatan (administrasi) persediaan:
1.Sistem fisik/periodik (periodic inventory system), berdasarkan sistem ini persediaan ditentukan dengan melakukan menghitung fisik terhadap persediaan. Penghitungan fisik persediaan dilakukan secara periodik. Dalam sistem ini pencatatan terhadap mutasi persediaan tidak selalu diikuti. Oleh karena itu prosedur penghitungan fisik persediaan pada akhir periode harus dilakukan (mandatory procedure) untuk dapat menentukan fisik persediaan yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan. Hasil perhitungan fisik ini dipakai sebagai dasar penentuan nilai persediaan
2.Sistem perpetual (perpetual inventory system), Pencatatan terhadap mutasi persediaan selalu diikuti secara konsisten, dengan mencatat semua transaksi yang menyebabkan berkurang atau bertambahnya persediaan. Penghitungan fisik persediaan menjadi tidak wajib diselenggarakan (mandatory procedure).
Contoh kasus:
Berikut ini data penjualan, pembelian dan persediaan barang dagangan PT. Ana, untuk periode tahun buku yang berakhir pada tgl 31 Desember 2004 sbb:
-Persediaan awal 1500 unit @ Rp. 450
-Pembelian,          2000 unit @ Rp. 450
-BTUD                  3500 unit
-Penjualan            2250 unit @ Rp. 750
-Persediaan Akhir 1250 unit
Slide 8
Asumsi Aliran Kos (Cost Flow Assumption)
Perusahaan memiliki persediaan yang cukup banyak. Persediaan didapat dari beberapa pembelian yang telah dilakukan, dengan waktu dan kos yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam penilaian kos persediaan harus didasarkan pada asumsi aliran kos.
Asumsi aliran kos ada 4 metode, yaitu:
1.Identifikasi khusus
2.FIFO (First In First Out)
3.LIFO (Last In First Out)
4.Rata-rata (Average)
Contoh kasus
Slide 9
Dari perushaan PT. “Messi” pada Desember 2004 diperoleh informasi tentang persediaan sebagai berikut:
1/12   – Persediaan awal Rp. 1000 unit @Rp. 500
10/12 – Pembelian          800 unit                  550
20/12 – Pembelian          700 unit                  600
18/12 – Penjualan          900 unit
27/12 – Penjualan          500 unit
Ditanya: Berapakah jumlah/nilai persediaan (akhir) dalam unit dan Rupiah ? (Gunakan metode Fisik dan Perpetual FIFO, LIFO, Average)
Slide 10
Pengaruh Ausumsi Aliran Kos terhadap Laporan Keuangan
Slide 1
Cost Flow
Neraca
Rugi/Laba
FIFO
Menggambarkan nilai yang mendekati harga pasar (harga yang bisa direalisir)
Menggambarkan harga pokok penjualan yang tidak sebanding dengan harga pasar. Dalam hal ini laba dinilai terlalu besar
LIFO
Menggambarkan nilai persediaan yang terlalu kecil
Menggambarkan harga pokok penjualan yang mendekati harga pasar. Dalam hal ini laba dinilai wajar
Average
Menggambarkan nilai persediaan yang terlalu kecil tetapi lebih besar daripada LIFO
Menggambarkan harga pokok penjualan yang mendekati harga pasar, tetapi lebih kecil daripada LIFO. Dalam hal ini laba dinilai lebih besar daripada LIFO, tetapi lebih kecil dari FIFO

Untuk memudahkan anda dalam mempelajari materi ini atau untuk bahan presentasi, kami telah menyiapkan materi dalam bentuk ppt yang bisa di download..silahkan download di link yang tersedia..

DOWNLOAD.ppt

Kas, Piutang, Persediaan, Utang, Investasi, Saham dan Obligasi

Kas
  1. Kas yang meliputi uang tunai, simpanan di bank yang setiap saat dapat diambil (giro) dan kertas berharga lainnya yang dapat diuangkan pada bank atau lembaga keuangan lain sebesar nilai nominalnya, harus diawasi dengan baik. Salah satu cara pengawasan agar likuiditas perusahaan terjamin maka harus disusun anggaran kas. Untuk menyusun anggaran maka diperlukan kemampuan memperkirakan penerimaan dan pengeluaran kas di masa yang akan datang. Pengeluaran kas sebaiknya digunakan check, sedangkan untuk pengeluaran yang berjumlah relatif kecil sebaiknya disediakan dana tertentu yang dinamakan “Dana Kas Kecil” Ada dua cara pencatatan kas kecil yaitu sistem dana tetap dan sistem dana berfluktuasi. Perbedaan pokok dari kedua sistem tersebut, yaitu pada sistem dana tetap, pengeluaran dari dana kas kecil tidak perlu di jurnal, seperti pada sistem dana berfluktuasi.
  2. Untuk mengadakan pengawasan kas di bank maka setiap akhir bulan dibuat “rekonsiliasi bank” untuk menentukan sebab-sebab terjadinya perbedaan saldo kas menurut catatan perusahaan dengan saldo kas menurut laporan bank. Ada beberapa bentuk rekonsiliasi bank, yaitu berikut ini.
    1. Rekonsiliasi saldo menurut catatan perusahaan dengan saldo menurut laporan bank untuk mendapatkan saldo yang benar atau rekonsiliasi untuk menentukan saldo yang benar. Hasil akhir dari rekonsiliasi ini, yaitu saldo menurut perusahaan dengan saldo menurut bank akan sama. Rekonsiliasi bentuk ini sering disebut rekonsiliasi dua kolom.
    2. Rekonsiliasi dan identifikasi berbagai penyebab terjadinya perbedaan antara saldo menurut perusahaan dengan saldo menurut laporan bank. Menurut bentuk ini maka saldo menurut catatan perusahaan dianggap yang benar sehingga bertitik tolak dari saldo menurut laporan bank menuju saldo menurut catatan perusahaan.
  3. Kadang-kadang rekonsiliasi diperluas penggunaannya, yaitu untuk menguji kebenaran penerimaan dan pengeluaran kas, yaitu mencocokkan kesamaan jumlah penerimaan, pengeluaran maupun saldonya menurut catatan perusahaan dengan menurut laporan bank. Dalam rekonsiliasi ini terdapat dua bentuk rekonsiliasi, yaitu berikut ini.
    1. Bentuk rekonsiliasi yang bertitik tolak dari saldo menurut laporan bank menuju saldo menurut catatan perusahaan. Dengan kata lain, rekonsiliasi ini menganggap bahwa saldo menurut bentuk ini sering dinamakan rekonsiliasi 4 kolom.
    2. Bentuk rekonsiliasi yang bertitik tolak dari masing-masing saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir menuju kepada saldo yang benar. Rekonsiliasi bentuk ini sering dinamakan rekonsiliasi delapan kolom.

Klasifikasi Piutang dan Piutang Wesel
  1. Piutang menurut sumber terjadinya dapat dibedakan menjadi piutang usaha dan piutang nonusaha. Piutang usaha timbul karena adanya penyerahan barang atau jasa dalam rangka menjalankan kegiatan usaha normal perusahaan. Sedangkan piutang di luar piutang usaha dikelompokkan sebagai piutang lain-lain atau piutang nonusaha.
  2. Piutang usaha yang didukung dengan promes (surat kesanggupan membayar) dikelompokkan sebagai wesel tagih (piutang wesel). Piutang wesel, piutang usaha, dan piutang lain-lain harus disajikan secara terpisah dengan identifikasi yang jelas.
  3. Surat wesel biasanya berisi informasi tentang pihak yang akan menerima pembayaran, pembuat surat wesel, tanggal dan jatuh tempo wesel, jumlah nominal, dan bunga wesel (kalau ada). Bunga wesel dinyatakan dalam angka persentase yang menunjukkan tingkat bunga dalam satu tahun.
  4. Bila perusahaan memerlukan dana (uang) segera perusahaan dapat mendiskontokan piutang weselnya ke lembaga-lembaga keuangan. Pendiskontoan ini tidak sama dengan penjualan, sebab perusahaan masih bertanggung jawab terhadap pelunasan wesel yang didiskontokan tersebut. Artinya, apabila lembaga keuangan tidak berhasil menagih surat wesel yang didiskontokan maka perusahaan berkewajiban melunasinya. Selisih antara nilai wesel saat jatuh tempo dengan hasil pendiskontoan akan dicatat perusahaan sebagai biaya bunga atau pendapatan bunga. Piutang wesel yang didiskontokan dalam neraca harus diungkapkan dan diklasifikasikan sebagai utang bersyarat.
  5. Piutang wesel yang telah kedaluwarsa harus diklasifikasikan menjadi piutang usaha sebesar nominalnya ditambah bunganya. Kecuali kalau dipastikan piutang wesel yang kedaluwarsa tersebut akan segera dilunasi oleh debitur.

Piutang Wesel
  1. Wesel tagih dicatat sebesar nilai tunainya, yaitu jumlah uang yang diterima oleh si peminjam uang. Masalah penilaian akan timbul bila si debitur tidak menerima uang, tetapi menerima aktiva tetap, barang atau jasa dari jasa dari si kreditor.
  2. Transaksi wesel antara 2 belah pihak yang bebas selalu akan menyangkut bunga. Dalam wesel berbunga nilai tunai wesel akan sama dengan nilai nominal wesel, sedangkan pada wesel tanpa bunga nilai nominal sudah implisit (tersirat) di dalamnya bunga wesel. Oleh sebab itu, pada wesel tanpa bunga nilai tunainya harus dihitung dulu sebelum dicatat dalam pembukuan. Tetapi apabila wesel tersebut menyangkut periode satu tahun atau kurang maka wesel tersebut dapat dicatat sebesar nilai nominalnya.
  3. Dalam pertukaran aktiva tetap, barang atau jasa dengan wesel maka harus ditentukan nilai tunai dari wesel tersebut. Nilai tunai dari wesel tersebut adalah harga kontan dari aktiva tetap, barang atau jasa yang dipertukarkan. Perbedaan antara nilai tunai dengan jumlah yang akan diterima pada saat wesel jatuh tempo dibebankan sebagai bunga.

Piutang Usaha
  1. Piutang dan utang harus diklasifikasikan dalam kelompok lancar dan tidak lancar. Piutang usaha, piutang wesel, piutang bunga, dan sebagainya yang diperkirakan dapat diterima pembayarannya dalam tempo satu tahun atau kurang dihitung sejak tanggal neraca harus disajikan sebagai elemen aktiva lancar. Utang usaha, utang wesel, utang bunga, utang gaji, dan sebagainya yang harus dibayar dalam waktu satu tahun atau kurang harus disajikan dalam neraca sebagai elemen utang lancar.
  2. Piutang dalam neraca dilaporkan sebesar nilai realisasinya atau sejumlah yang diharapkan dapat ditagih. Selisihnya disajikan dalam pos cadangan kerugian piutang. Akuntansi untuk kerugian piutang bisa menerapkan metode langsung dan metode cadangan. Dalam metode langsung kerugian piutang diakui pada saat piutang betul-betul diketahui tidak dapat ditagih. Pada saat tersebut perusahaan akan membuat jurnal dengan mendebet rekening Biaya Kerugian Piutang dan mengredit rekening Piutang Usaha. Dalam metode cadangan kerugian piutang ditaksir setiap akhir periode melalui jurnal penyesuaian debet rekening Biaya Kerugian Piutang dan kredit rekening Cadangan Kerugian Piutang. Biaya kerugian piutang tidak berbeda dengan biaya-biaya lain dan akan disajikan dalam laporan rugi-laba, sedangkan rekening cadangan kerugian piutang akan disajikan dalam neraca sebagai lawan rekening piutang usaha.
  3. Di dalam menaksir biaya kerugian piutang (cadangan kerugian piutang) perusahaan dapat menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan rugi-laba dan pendekatan neraca. Pendekatan rugi-laba digunakan untuk menaksir besarnya kerugian piutang. Dan untuk penghitungan digunakan persentase tertentu dari penjualan (yang paling tepat adalah penjualan kredit neto) selama periode tertentu. Sedangkan pendekatan neraca dipakai untuk menaksir jumlah cadangan kerugian piutang dengan cara menganalisis piutang yang diragukan pengumpulannya. Cara yang paling umum adalah dengan menggunakan daftar umur piutang.
  4. Utang dan piutang usaha yang terjadi antara perusahaan yang sama harus disajikan secara tersendiri, tidak boleh disajikan jumlah netonya saja. Untuk piutang yang bersaldo kredit dalam neraca harus dilaporkan sebagai utang dan untuk utang yang bersaldo debet harus disajikan sebagai elemen piutang.

Piutang Usaha Sebagai Sumber Kas
  1. Selain dengan cara penagihan piutang usaha juga dapat digunakan sebagai sumber kas (pembelanjaan), dengan cara menjadikan sebagai jaminan (pledging), asinyasi (assignment), dan menjualnya (factoring). Apabila piutang usaha dijadikan jaminan maka tidak menimbulkan masalah akuntansi khusus. Piutang usaha yang dijaminkan tidak perlu disendirikan, hanya saja dalam penyajiannya pada neraca harus diungkapkan.
  2. Dalam hal terjadi asinyasi piutang usaha maka piutang usaha yang diasinyasikan harus disendirikan, dan pinjaman dari lembaga keuangan dicatat sebagai utang wesel. Asinyasi biasanya pula dilakukan atas dasar non-notification, artinya si debitur perusahaan (yang utangnya diasinyasikan) tidak diberitahu tentang adanya asinyasi tersebut. Asinyasi dapat pula dilakukan atas dasar notification, yang berarti pelanggan atau debitur diberi tahu tentang adanya assinyasi ini dan diperintahkan untuk membayar utangnya langsung kepada lembaga keuangan. Dalam asinyasi, jumlah yang dipinjam perusahaan lebih kecil daripada jumlah piutang yang diasinyasikan. Akan tetapi, pengumpulan piutang melebihi jumlah pinjaman kelebihannya tetap menjadi hak assignor. Sebaliknya bila hasil penagihan lebih kecil daripada jumlah pinjaman, assignor tetap bertanggung jawab terhadap pelunasan jumlah pinjamannya kepada assignee.
  3. Penjualan piutang usaha (factoring) merupakan hal yang baru di negara kita. Akan tetapi, factoring ini sudah dikenal di dunia usaha Indonesia, terutama di kota-kota besar. Dalam factoring risiko kredit dan penagihan dilimpahkan kepada pembeli piutang usaha (factor) sehingga perusahaan tidak bertanggung jawab lagi terhadap adanya kerugian piutang dan biaya penagihan. Untuk melindungi factor terhadap kemungkinan adanya retur dan keringanan penjualan, factor dapat menahan sebagian dari harga beli piutang sampai dengan selesainya perjanjian factoring.

Pengertian Persediaan
  1. Persediaan adalah barang yang diperoleh perusahaan yang dimaksudkan untuk dijual kembali atau diolah lebih lanjut dalam rangka menjalankan kegiatan usaha normalnya. Persediaan dalam perusahaan pengolahan akan terdiri atas persediaan bahan baku dan bahan pembantu, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.
  2. Apabila selama perusahaan menyimpan persediaan terjadi inflasi maka perusahaan akan mendapatkan laba semu akibat kenaikan harga ini. Laba semu ini yang disebut dengan istilah holding gains merupakan laba yang tidak tersedia untuk dibagikan sebagai dividen. Manajemen dan pembaca laporan keuangan harus menyadari tentang adanya holding gains ini, agar tidak mengambil keputusan yang keliru.
  3. Persediaan merupakan elemen aktiva lancar yang penting, sebab sukses tidaknya perencanaan dan pengawasan persediaan akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan suatu perusahaan. Elemen persediaan akan berpengaruh terhadap penentuan laba perusahaan, penentuan tingkat likuiditas perusahaan, dan kebenaran penyajian neraca.
  4. Akuntansi persediaan dapat dilakukan dengan dua cara, sistem berkala, dan sistem permanen. Dalam sistem berkala pembelian barang dagangan atau bahan baku akan dicatat dalam rekening Pembelian. Pada akhir periode akan dihitung jumlah barang atau bahan baku yang masih ada. Kemudian, melalui jurnal penyesuaian terhadap persediaan, barulah dapat ditentukan jumlah harga pokok penjualan atau jumlah pemakaian bahan baku.
  5. Dalam sistem permanen setiap pembelian barang atau bahan baku langsung dicatat dalam rekening Persediaan. Demikian juga pada saat penjualan atau pemakaian barang atau pemakaian baha baku, jumlah harga pokok barang yang dikeluarkan langsung dikredit pada rekening Persediaan, sedangkan debetnya dicatat dalam rekening Harga Pokok Penjualan atau Pemakaian Bahan Baku.

Penilaian Persediaan
  1. Persediaan tidak hanya menunjukkan jumlah persediaan yang berada di gudang perusahaan saja, tetapi meliputi juga barang-barang milik perusahaan yang masih ada dalam perjalanan yang dititipkan pada perusahaan lain (barang konsinyasi), dan barang-barang secara ekonomis masih di bawah penguasaan perusahaan.
  2. Kesalahan penyajian di dalam persediaan akan mengakibatkan kesalahan dalam laporan keuangan. Kegagalan antuk mencatat pembelian dan utang usaha, memang tidak akan berpengaruh terhadap laba perusahaan, tetapi akan berpengaruh terhadap rasio lancar perusahaan.
  3. Persediaan sebagaimana dengan aktiva lain akan dicatat sebesar harga perolehannya (cost) Hinga perolehan persediaan mencakup seluruh beban atau pengeluaran yang diperlukan untuk menempatkan persediaan atau memproses menjadi barang jadi yang siap untuk dijual. Dengan demikian, secara teoretis batas pengangkutan, biaya proses pembelian, biaya penyimpanan harus dialokasikan sebagai bagian dari harga perolehan persediaan.
  4. Beban periode tidak boleh dikapitalisasi dalam persediaan. Namun dalam kasus tertentu (discrete projects) beban bunga yang berkaitan dengan pembuatan kapal atau pembangunan real estate harus dikapitalisasi sebagai bagian dari aktiva yang bersangkutan.
  5. Potongan pembelian harus diperlakukan sebagai pengurang dari pembelian, tidak dicatat sebagai pendapatan lain-lain. Cara pencatatan pembelian dapat dilakukan dengan mencatat pembelian sebesar jumlah brutonya atau mencatatnya sejumlah netonya. Apabila menggunakan cara yang kedua, potongan pembelian yang tidak diambil akan dicatat dalam rekening Kerugian Potongan Pembelian yang akan disajikan dalam perhitungan laba rugi sebagai elemen biaya lain-lain. Jumlah ini dapat digunakan sebagai alat pengukur efisiensi manajer keuangan di dalam mengelola keuangannya.
  6. Persediaan barang dalam proses dan barang jadi berisi kumpulan biaya-biaya, seperti biaya pemakaian bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Dalam perusahaan industri perhitungan biaya pembuatan persediaan ini, biasanya dengan menggunakan skedul laporan tersendiri.

Metode Penilaian Persediaan
  1. Dalam akuntansi persediaan dikenal beberapa metode penilaian, antara lain metode MPKP, MTKP, nilai rupiah MTKP, metode rata-rata, persediaan besi, dan harga perolehan standar. Sebetulnya selain metode-metode di atas terdapat juga metode penilaian yang lain, yang didasarkan pada harga taksiran. Metode harga taksiran ini akan dibahas dalam Modul 7.
  2. Penggunaan metode MTKP akan mengakibatkan laba bersih yang lebih rendah, tetapi akan menaikkan saldo akhir kas. Dalam contoh ini dianggap harga-harga naik, namun apabila harga cenderung menurun akibatnya akan menjadi sebaliknya.
  3. Dalam keadaan harga cenderung meningkat metode MTKP akan menghasilkan nilai persediaan yang lebih rendah, sedangkan metode MPKP akan menghasilkan nilai persediaan yang mendekati harga yang berlaku. Nilai persediaan yang dihasilkan metode rata-rata akan berada di antara hasil yang dihitung dengan metode MTKP dan MPKP.
  4. Untuk mengatasi kelemahan yang ada pada metode MTKP dikembangkan metode Nilai-rupiah MTKP. Metode ini digunakan untuk mengatasi pengaruh yang timbul karena adanya kenaikan jumlah unit persediaan lain yang sejenis yang jumlahnya cukup berarti.
  5. Metode penilaian yang lain adalah metode persediaan besi dan harga perolehan standar. Dalam metode persediaan besi ditetapkan lebih persediaan yang harus ada dalam perusahaan, baik dalam unitnya maupun harga per unitnya. Selisih antara persediaan besi dengan persediaan yang ada dinilai sebesar harga perolehannya dan digunakan untuk menambah atau mengurangi jumlah persediaan besinya dalam metode harga biaya standar, persediaan dinilai sebesar harga perolehan standar yang telah ditetapkan di muka. Namun, apabila selisih antara harga standar dengan harga sesungguhnya cukup berarti maka persediaan harus dinilai atas dasar harga sesungguhnya

Penilaian Berdasarkan Harga Terendah Diantara Harga Pokok dan Harga Pasar
  1. Penilaian persediaan berdasarkan harga yang terendah di antara harga pokok dan harga pasar, pada umumnya digunakan jika terjadi manfaat dari persediaan tidak lagi sepadan dengan harga pokoknya.
  2. Beberapa tahap yang harus dilakukan apabila cara penilaian harga yang paling rendah antara harga pokok dan harga pasar akan dipakai, yaitu berikut ini.
    1. Tahap pengumpulan data.
    2. Tahap penentuan batas atas/tertinggi (ceiling) dan batas terendah (floor).
    3. Memilih harga yang paling rendah di antara harga pokok dan harga pasar sebagai dasar penilaian.
  3. Metode harga yang paling rendah di antara harga pokok dan harga pasar dapat diterapkan berdasarkan:
    1. jenis tiap-tiap persediaan;
    2. masing-masing kelompok persediaan;
    3. keseluruhan persediaan.
  4. Akuntansi terhadap rugi penurunan nilai persediaan adalah:
    1. rugi penurunan nilai persediaan, tidak dilaporkan terpisah dari harga pokok penjualan;
    2. rugi penurunan nilai persediaan, dilaporkan terpisah dari harga pokok penjualan digunakan metode:

    3. langsung;



    4. cadangan.



Metode Taksiran
  1. Penentuan jumlah persediaan dapat didasarkan pada harga pokok (cost) yang didasarkan pada hasil perhitungan yang teliti, baik melalui catatan persediaan secara terus-menerus (perpetual inventory method) maupun didasarkan pada hasil perhitungan fisik, kemudian dihitung harga pokoknya secara teliti (physical inventory method). Namun, dalam kaitan adanya kebutuhan informasi secara cepat, baik dalam rangka penyusunan laporan keuangan jangka pendek maupun kebutuhan informasi persediaan untuk tujuan lain, penentuan jumlah persediaan dapat dilakukan secara taksiran, yaitu dengan menggunakan Metode Laba Kotor dan Metode Harga Jual Eceran. Cara yang demikian ini, terutama akan sangat bermanfaat bagi pengusaha Toko Serba ada (swalayan).
  2. Dalam metode laba kotor maka langkah pertama kali yang harus dilakukan adalah menentukan persentase laba kotor. Persentase ini dapat didasarkan pada harga pokok maupun harga jual. Setelah diketahui laba kotornya berikutnya adalah menentukan harga pokok barang yang dijual, yaitu hasil penjualan dikurangi laba kotor. Harga pokok penjualan dikurangkan terhadap harga barang yang tersedia untuk dijual akan dapat diperoleh “jumlah persediaan”.
  3. Dalam metode harga jual eceran maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.
    1. Persediaan awal ditentukan nilainya baik berdasarkan harga pokok maupun berdasarkan harga jual eceran
    2. Setiap kali ada pembelian maka harus ditentukan harga pokok maupun harga jualnya.
    3. Menentukan perlakuan terhadap perubahan harga jual eceran (kenaikan harga pembatalan kenaikan harga, penurunan harga dan pembatalan penurunan harga serta potongan-potongan khusus dan adanya barang yang rusak).
    4. Menentukan persentase harga pokok terhadap harga jual dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

      1. Kalau penentuan jumlah persediaan didasarkan pada MPKP maka persediaan awal periode tidak dimasukkan dalam perhitungan.



      2. Kalau penentuan jumlah persediaan didasarkan pada rata-rata maka persediaan awal turut diperhitungkan.



      3. Kalau penentuan jumlah persediaan didasarkan pada MTKP maka digunakan metode nilai rupiah (dengan indeks).



      4. Kalau penilaian persediaan didasarkan pada “yang terendah antara harga pokok dan harga pasar” maka penurunan harga jual eceran tidak diperhitungkan dalam perhitungan persentase harga pokok tetapi ditambahkan pada penjualan.


    5. Menentukan jumlah persediaan berdasarkan harga pokok jual eceran dengan cara mengurangkan hasil penjualan terhadap barang yang tersedia untuk dijual berdasarkan harga jual.
    6. Menentukan jumlah persediaan berdasarkan harga pokok dengan cara mengalikan persentase harga pokok (cost ratio) terhadap persediaan berdasarkan harga jual.

Penilain Persediaan Pada Perusahaan Pengolahan dan Kontrak Jangka Panjang
  1. Terdapat 2 cara dalam mengumpulkan biaya produksi pada perusahaan pengolahan. Caranya, yaitu dengan menggunakan bentuk proses dan bentuk pesanan. Perusahaan pengolahan yang menggunakan bentuk proses jika produk atau barang yang dihasilkan homogen, dan menggunakan bentuk pesanan jika barang yang dihasilkan berbeda-beda sesuai dengan permintaan pemesan.
  2. Pengakuan pendapatan dan penilaian persediaan pada kontrak-kontrak jangka panjang ada 2 alternatif sebagai berikut.
    1. Metode persentase penyelesaian.
    2. Metode kontrak selesai.
  3. Pada metode persentase penyelesaian pendapatan diakui selama masa pembangunan secara berkala (prioritas) sejalan dengan tingkat penyelesaian pekerjaan. Sedangkan pada metode kontrak selesai pendapatan diakui setelah selesainya pekerjaan.

Ruang Lingkup Utang
  1. Utang dapat diklasifikasi menjadi utang lancar dan utang tidak lancar. Utang lancar adalah utang yang akan dilunasi dalam jangka waktu satu tahun atau dalam waktu perputaran normal usaha mana yang lebih lama. Secara teoretik seluruh utang harus dicatat pada nilai tunainya, namun secara praktis utang jangka pendek tidak didiskontokan. Beberapa jenis utang yang jumlah tidak dapat ditentukan secara pasti ditaksir dan dicatat pads jumlah yang mendekati.
  2. Kewajiban jangka pendek dapat berasal dari kegiatan normal usaha dan dapat berasal dari kegiatan nonusaha. Utang yang berasal dari kegiatan normal usaha adalah utang dagang (utang usaha), sedangkan kewajiban jangka pendek lain, antara lain adalah utang gaji, utang bunga, utang pajak, dan utang wesel. Kewajiban jangka pendek yang akan diperpanjang untuk jangka waktu panjang harus dikelompokkan sebagai utang tidak lancar jika kriteria tertentu dipenuhi.

Akuntansi Utang Lancar
  1. Utang Dagang timbul pada saat penyerahan hak dari kreditor (penjual) kepada debitur (pembeli) atas barang yang dijualbelikan. Akan tetapi, demi kepraktisan, pencatatan utang dagang dilakukan pada saat barang dan atau faktur pembeliannya diterima. Saat transfer of title dapat dibedakan menjadi shipping point dan destination point. Oleh karena mungkin terdapat perbedaan antara saat pencatatan dan pemindahan hak maka perlu dilakukan cut off yang tepat pada waktu akan menyusun laporan keuangan.
  2. Utang Wesel didebit dan dikredit sebesar nilai normal, baik untuk wesel berbunga maupun tidak berbunga. Di dalam Neraca, wesel tidak berbunga dilaporkan sebesar nilai nominal. Jika wesel berbunga maka bunga yang terutang sampai tanggal neraca juga harus dilaporkan menambah nilai nominal.
  3. Dividen Kas sah menjadi utang perusahaan jika sudah diumumkan secara resmi oleh Direksi atas pembagian laba kepada para pemegang saham.
  4. Utang Pajak Penghasilan adalah pajak penghasilan perusahaan yang terutang atas laba bersih yang diperoleh selama satu tahun. Sedangkan utang Pajak Penghasilan Karyawan merupakan pajak penghasilan karyawan yang dipotong oleh perusahaan tetapi belum disetorkan ke Kas Negara.
  5. Utang Bonus merupakan jumlah bonus yang terutang kepada karyawan. Bonus dapat dihitung dengan dasar penjualan dan dasar laba. Jika laba yang menjadi dasar perhitungan bonus maka bonus dapat ditentukan dari 4 alternatif, yaitu. (1) bonus dihitung dari laba sebelum dikurangi bonus dan pajak, (2) bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi bonus, tetapi sebelum dikurangi pajak, (3) bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi pajak tetapi sebelum dikurangi bonus dan (4) bonus dihitung dari laba bersih sesudah dikurangi bonus dan pajak.

Pembiayaan dengan obligasi
  1. Utang jangka panjang dalam neraca disajikan sebesar nilai tunainya, yaitu jumlah kas yang diperlukan seandainya utang jangka panjang tersebut dilunasi sekarang. Utang hipotek adalah utang yang dijamin dengan harta tetap dan pelunasan dilakukan dengan cara cicilan. Pada saat pembayaran debitur harus memisahkan jumlah yang merupakan pembayaran untuk bunga dan pembayaran untuk pengembalian pokoknya.
  2. Jenis dan jumlah obligasi bervariasi. Obligasi dapat diterbitkan oleh pemerintah atau oleh perusahaan, dapat diterbitkan dengan jaminan atau tidak, dapat atas nama atau pembawa. Namun demikian, setiap jenis obligasi memiliki sifat-sifat umum yaitu merupakan pinjaman uang sekarang yang akan dilunasi pada waktu yang akan datang. Hampir pads semua obligasi terdapat pembayaran bunga secara berkala. Harga pasar obligasi dihitung dengan menggunakan teknik nilai tunai dengan memakai tingkat bunga pasar. Selisih antara nilai nominal dengan nilai tunainya dicatat sebagai diskonto atau premium yang akan diamortisasi dari waktu ke waktu. Saat obligasi dilunasi akun utang obligasi dan premium (diskonto) ditutup oada saat dibayar. Obligasi dapat dibiayai kembali sebelum atau pada saat jatuh tempo. Setiap keuntungan atau kerugian akibat penebusan obligasi dilaporkan sebagai pos-pos luar biasa.

Investasi Jangka Pendek
  1. Investasi jangka pendek yang nama rekening buku besarnya sering disebut Surat Berharga adalah dalam rangka memanfaatkan kelebihan kas atau adanya uang tunai yang sementara tidak digunakan dalam kegiatan usaha sehari-hari. Investasi jangka pendek dapat berupa saham, obligasi atau sertifikat Bank Indonesia ataupun bentuk investasi lainnya.
  2. Pembelian surat berharga akan dicatat sebesar harga perolehannya, yaitu harga kurs beli ditambah biaya pembelian yang terjadi.
  3. Penjualannya dicatat pada rekening Surat Berharga sebelah kredit sebesar harga perolehannya, sedangkan selisih antara harga jual dengan harga perolehannya merupakan Laba/Rugi Penjualan Surat Berharga.
  4. Dalam pembelian dan penjualan surat berharga dalam bentuk obligasi harus diperhatikan adanya bunga berjalan, yaitu bunga antara tanggal pembayaran bunga obligasi atau pembelian tersebut. Bunga berjalan selalu menambah jumlah uang yang harus dibayar/diterima.
  5. Persediaan Surat Berharga pada akhir tahun harus disajikan pada neraca sebesar berikut.
    1. Harga perolehan (cost).
    2. Terendah antara harga perolehan dengan harga pasar (cost of market whichever is lower).
    3. Harga pasar (market)

Investasi Jangka Panjang Saham
  1. Investasi Jangka Panjang saham merupakan investasi yang dilakukan dalam jangka panjang pada saham yang dikeluarkan oleh perusahaan lain. Saham bisa berupa saham biasa dan saham prioritas.
  2. Akuntansi untuk investasi saham terdiri dari investasi pada saat pertama kali saham diperoleh, selama masa investasi dan saat penjualan serta saat penarikan oleh perusahaan penerbit.
  3. Dalam neraca, investasi jangka panjang saham dilaporkan sebesar harga perolehannya. Jika diketahui harga pasarnya maka agar lebih informatif, investasi perlu dijelaskan nilai pasarnya itu, misalnya dalam tanda kurung.

Investasi Jangka Panjang Obligasi
  1. Investasi jangka panjang pada obligasi merupakan penanaman dana di luar perusahaan dengan cara membeli obligasi perusahaan lain dengan maksud untuk memperoleh pendapatan berupa bunga periode yang jumlahnya tetap. Harga obligasi di pasar uang dan modal ditentukan oleh penawaran dan permintaan. Harga yang terjadi pada akhirnya adalah nilai tunai dengan cost of capital tertentu dari bunga periode yang diterima di masa yang akan datang ditambah dengan nilai jatuh temponya. Apabila bunga efektif lebih tinggi daripada bunga nominal maka nilai obligasi berada di bawah nilai nominal dan sebaliknya. Apabila bunga efektif sama dengan bunga nominal maka nilai obligasi sama dengan nilai nominalnya.
  2. Investasi pada obligasi ini dicatat sebesar harga perolehannya. Jika harga perolehan lebih besar daripada nilai nominal maka selisih antara harga perolehan dan nilai nominal merupakan agio bagi investor. Agio ini harus diamortisasi selama masa pemilikan terhitung sejak tanggal pembelian sampai dengan tanggal penjualan sesuai dengan rencana. Amortisasi agio dicatat sebagai pengurangan pendapatan bunga. Sedangkan disagio yang juga diamortisasi selama masa pemilikan akan dibebankan sebagai penambah pendapatan bunga. Baik amortisasi agio maupun disagio dapat menggunakan dua alternatif metode, yaitu metode garis lurus dan metode bunga efektif.
  3. Pada saat penjualan baik sebagian ataupun seluruhnya, rekening Investasi Jangka Panjang – Obligasi dikredit sebesar nilai bukunya, yaitu harga perolehan dikurangi agio yang sudah diamortisasi atau ditambah amortisasi disagio yang sudah dilakukan. Selisih antara nilai buku dan harga jual kembali merupakan rugi-laba. Rugi laba ini dilaporkan sebagai rugi-laba di luar usaha.
  4. Investasi Jangka Panjang – Obligasi dilaporkan sebesar nilai bukunya. Jika pada tanggal laporan diketahui harga pasarnya maka agar lebih informatif harga pasar ini perlu dijelaskan.
Sumber buku Akuntansi Keuangan Menengah karya Sugiarto
Untuk memudahkan anda dalam memahami materi dan untuk bahan presentasi,,berikut telah kami siapkan materi versi ppt yang bisa anda download di link bawah ini..

DOWNLOAD.ppt
Materi Terkait :

Convert Currency